Budidaya Belut

Budidaya Belut

Menjadi Bangsa Yang Berkarakter

Menjadi Bangsa Yang Berkarakter

E-Learning Berbasis Blog

E-Learning Berbasis Blog

Bermain Peran Untuk Anak Usia Dini

Bermain Peran Untuk Anak Usia Dini
Powered by Andrisetya. Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Kunjungi kampus kami di: Jl. Hayam Wuruk 65 Temanggung 56212 Phone/fax: (0293)4901635
.
Latest News

BUDIDAYA BELUT

Posted by SKB Temanggung on Rabu, 26 Mei 2010 , under | komentar (11)



Belut yang mempunyai nama latin Monopterus albus sudah lama dikenal oleh masyarakat baik indonesia maupun diluar negeri karena kandungan protein dan gizi yang tinggi. Sebagian orang berangapan dengan mengkonsumsi belut akan menambah vitalitas tubuh, dan sebagian lagi menjadikannya sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit. Belut di habitat aslinya hidup disawah, rawa atau tempat yang berlumpur, belut mampu hidup dalam kondisi habitat yang kurang air karena mampu untuk menyerap oksigen langsung dari kulitnya.
Selama ini belut yang ada dipasaran adalah belut hasil tangkapan alam, namun untuk memenuhi kebutuhan pasar mulai dikembangkan budidaya belut. Apa yang harus dipersiapkan untuk memulai budidaya belut ini, sedikit sharing ilmu soal budidaya belut.

Kolam
Kolam pembesaran belut dapat menggunakan kolam permanen ( tembok ) dengan ukuran ideal 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm, kolam dari Drum bekas / tong , kolam jaring namun demikian anda juga bisa menggunakan kolam terpal dengan ukuran 400 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm. Menggunakan kolam terpal memang lebih efisien dan mudah dipindahkan apabila ingin dipindahkan ke tempat lain. Kondisi air ph ideal bagi belut adalah 5 – 7 dengan suhu air antara 16 – 21 derajat Celcius. Untuk menghindari suhu kolam naik akibat sinar matahari langsung sebaiknya kolam diberi atap atau di beri tanaman eceng gondok di atas permukaan air.

Media Pemeliharaan
Media hidup belut dibuat sebaik mungkin mendekati kondisi alam yang sesungguhnya. Setelah anda menyiapkan kolam tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran sebagai berikut :
  1. Jerami setinggi 25 - 40 cm.
  2. Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya).
  3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
  4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
  5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
  6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
  7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
  8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
  9. Air setinggi 5 cm.
Untuk mempercepat fermentasi media diatas pupuk kandang dan kompos dapat digunakan Fermentor atau pupuk cair dg kandungan Microba Organik untuk membuat kompos seperti EM 4, Nasa, Superfarm ,atau NOPKOR yang paling effective, murah dan mudah di dapat ( tuangkan secara merata dg dosis 1 liter untuk kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya ),
Media pemeliharaan ini di diamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih 2 sampai 3 minggu, atau paling lama 1 bulan sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan. Untuk mengetahui media sdh matang dgn menencapkan bambu / peralon sampai kedasar kolam angkat pelan- pelan keatas bila gelembung bening dan tdk ada bau maka media sudah matang. Setelah media matang alirkan air selama 3 – 4 hari untuk menghilangkan racun diamkan selama sehari bibit baru boleh ditebar.

Persiapan benih / bibit belut
Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula.

Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
  2. Gerakan lincah dan agresif.
  3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
  4. Tubuh dan kepala seimbang / kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
  5. Umur antara 2-4 bulan. Tidak dianjurkan benih berwarna hitam dgn bagian perut berwarna kemerahan benih seprti ini akan tumbuh kerdil, hindari membeli benih dgn cara setrum, benih yg baik adalah hasil tangkapan dgn wuwu / bubu.

Pakan dan kebiasaan makan belut
Belut merupakan hewan karnifora alias pemangsa binatang lain, secara alami memakan binatang kecil yang masih hidup seperti siput, cacing, anak ikan, bekicot dll. Pakan mulai diberikan setelah benih masuk ke kolam perbesaran setelah 3 hari atau hari ke 4 jadi tidak di benarkan memberikan pakan buatan / palet setiap hari harus berseling 2 atau 3 hari sekali ini di maksud untuk mendapatkan hasil produktivitas secara maximum. Jumpah pakan yang diberikn harus sesuai dengan pertumbuhan belut itu sendiri. Sebagai gambaran bulan pertama pemeliharaan diperlukan 5% dr jumplah / berat benih yang di tebar ( misalkan 40 kg benih diperlukan 2 kg pakan).umur 1~2 bulan sebanyak 6,5%, bulan ke 2~3 sebanyak 8% dan 3~4 bulan sebanyak 10%.

Hama dan Penyakit
  1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
  2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak,burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
  3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing.
Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri,jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Panen
  1. Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
  2. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai denganpermintaan pasar/konsumen 10 ~15 ekor / kg).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

Semoga dapat menjadi tuntunan bagi para pemula dan beguna bagi kita semua
Ikatlah amalmu dengan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat

Menjadi Bangsa yang Berkarakter

Posted by SKB Temanggung on Kamis, 20 Mei 2010 , under | komentar (0)



Pendidikan ibarat sebuah kunci untuk membuka pintu dunia. Pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan bagi warganya. Berbagai inovasi, pemikiran, penemuan, dan ide-ide cemerlang lahir dari proses pendidikan. Pendidikan membuat suatu bangsa berpikir kreatif, kritis, dan ingin tahu. Bangsa yang tidak mengenal pendidikan lambat laun akan tergerus oleh arus zaman.

Saat ini pendidikan menjadi isu hangat yang dibicarakan di Indonesia. Berbagai media massa dan elektronik menyajikan berita seputar wajah pendidikan Indonesia saat ini, mulai dari kasus plagiarisme hingga anak putus sekolah. Kasus yang terjadi di lembaga pendidikan ini telah mencoreng citra pendidikan Indonesia di mata internasional. Dunia internasional mulai meragukan kualitas dan kompetensi lulusan Indonesia akibat kasus pelanggaran akademis yang terjadi.

Kasus plagiarisme yang dilakukan Prof. Dr. Anak Agung Banyu Perwita selaku staf pengajar mata kuliah Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta yang cukup terkemuka di Indonesia telah menodai citra pengajar Indonesia. Pengajar yang seyogianya memberi teladan bagi peserta didik, justru melakukan pelanggaran akademis yang fatal. Akibat perbuatan ini, Prof. Dr. Anak Agung terancam dipecat dan gelar doktor yang sandangnya saat ini juga terancam dicopot.

Di kalangan pelajar, MZ selaku mahasiswa program doktor di salah satu universitas negeri ternama di Indonesia juga terlibat dalam kasus serupa. MZ menjiplak laporan penelitian ilmuwan Belgia yang diikutsertakan dalam lomba penelitian internasional di Ch
ina tanpa melampirkan sumber kutipan dan referensi. Akibatnya, gelar doktor MZ dicabut dan nama baik universitas MZ menjadi tercoreng.

Di sisi lain, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebanyak 8.800 anak putus sekolah terpaksa mengamen dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padahal mereka masih berusia sangat belia dan berada dalam usia anak sekolah. Mereka harus merelakan masa depan mereka demi memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing.


Pemerintah sebenarnya sudah melakukan program BOS dan Sekolah Gratis di Indonesia. Sayangnya kedua program ini belum memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan Indonesia. Banyak pihak yang seharusnya menjadi sasaran utama program ini justru tidak mendapatkan haknya. Sekolah Gratis juga tidak benar-benar “gratis” dengan berbagai biaya operasional sekolah yang ada, seperti buku pelajaran, seragam, fotokopi, dan lain sebagainya. Akhirnya keberadaan kedua program ini tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Jujur saya prihatin melihat kasus Bank Century yang tak kunjung usai. Para wakil rakyat yang duduk di kursi DPR seakan sibuk dengan berbagai permainan politik yang menguntungkan partainya. Sikap dan tindakan para wakil DPR juga tidak mencerminkan orang yang terdidik dengan aksi dorong-dorongan dan maki-memaki di ruang DPR. Sungguh memprihatinkan memang. Pada akhirnya, pendidikan bangsa yang menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa menjadi prioritas yang terabaikan.

Saya rasa pendidikan Indonesia saat ini sudah mengalami degradasi moral. Era kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang di Indonesia membuat norma-norma susila yang ada mulai diabaika
n. Banyak orang kini menjadikan kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, tergantung sudut pandang orang tersebut. Sesuatu yang awalnya dianggap tabu, kini dianggap sebagai sebuah kewajaran. Tak heran jika perilaku-perilaku menyimpang, seperti korupsi, plagiarisme, mencuri, dan berbagai kasus lainnya kini dapat diartikan sebagai kebenaran bagi sekelompok orang.

Melihat fenomena ini, pemerintah mengusung tema Hari Pendidikan Nasional 2010 : “Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Degradasi moral yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dapat diatasi jika kita membenahi karakter dan pola pikir kita selama ini. Kepandaian memang kunci keberhasilan suatu bangsa. Namun, kepandaian tanpa karakter lambat laun akan menghancurkan keberhasilan yang dicapai. Karakter akan membatasi dan memberikan garis yang jelas antara sesuatu yang baik dan buruk untuk dilakukan.

Pendidikan karakter sendiri dapat diberikan di lembaga pendidikan sedari dini. Pelajar harus diajarkan dan dibina untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Karakter manusia sendiri mencakup nilai-nilai luhur, integritas, kekuatan mental, tenggang rasa, semangat kerja sama, dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Karakter akan membuat seseorang menjadi cerdas, baik secara intelektual maupun moral.

Menumbuhkan bangsa yang berkarakter memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengajar dan pemerintah harus bekerja sama dalam mengikis nilai-nilai kebebasan dan individualisme yang melekat dalam diri pelajar. Terlepas dari itu, keluarga juga turut membentuk karakter seseorang sedari dini. Keluarga harus menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan pemahaman yang benar seputar karakter. Karakter dapat ditumbuhkan dari sikap keteladanan seseorang yang menjadi cerminan bagi orang lain.

Karakter ibarat sebuah pijakan yang menghantarkan kemajuan suatu bangsa. Tugas kita sekarang sebagai pelajar, pengajar, pemerintah, dan keluarga adalah menggali kembali nilai-nilai kebenaran yang tergerus oleh arus zaman. Karakter akan menempatkan manusia pada posisi yang tepat dan potensi yang maksimal. Maka mari kita wujudkan bangsa yang berkarakter dengan membenahi pola pikir dan mentalitas kita selama ini.

Sumber: Daniel Hermawan (Pemerhati Pendidikan)

E-Learning Berbasis Blog

Posted by SKB Temanggung on Selasa, 18 Mei 2010 , under | komentar (2)



Transformasi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini berkembang pesat, termasuk dalam hal teknologi. Termasuk pembelajaran melalui jaringan internet, atau yang sering kita sebut E-learning juga sudah berkembang lebih hebat lagi, di seluruh dunia sendiri kampus terkenal sudah menerapkan sistem e-learning baik menggunakan format website, pdf, flash, dan sistem ebook lainnya. Tidak hanya itu di kampus dalam negeri maupun Lembaga Pendidikan, namun yang perlu dilihat masih perlu banyak evaluasi terhadap sistem e-learning yang sudah ada

Sistem kuliah yang tidak mesti lagi di kelas atau sebagai tambahan di kelas, sehingga cukup mempelajari mandiri modul-modul e-learning sudah tersedia di internet maupun intranet yang dibuat oleh dosen tersebut menjadi salah satu media yang berkembang saat ini. Semua materi di kelas sudah bisa ditransformasikan dalam bentuk e-learning.


Mahasiswa tidak sulit-sulit lagi untuk menggandakan diktat yang dimiliki oleh dosen, tetapi cukup membuka internet dan menuju alamat link e-learning yang diinginkan biasanya berada di website sekolah/kampus masing-masing atau menggunakan sistem inherent. Kemudahan akses teknologi seperti ini menjadikan informasi mata kuliah kita lebih mudah dipelajari lebih lanjut. Walaupun masih beberapa mata kuliah yang masih sulit untuk dibuatkan e-learningnya.

Namun tidak dipungkiri pula bahwa kekurangan yang dimiliki oleh metode e-learning itu terkesan kaku dan masih satu arah, tidak seperti di kelas, kemungkinan untuk melakukan interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa bisa terjadi. Ketika mahasiswa menanyakan sesuatu yang kurang dimengerti di penjelasan dosen, bisa ditanyakan atau didiskusikan bersama.

Jika e-learning hanya berbasis pada materi-materi tanpa adanya interaksi seperti tanya-jawab kemungkinan e-learning akan seperti halnya halaman-halaman website biasa yang bisa diakses setiap orang. Dan mahasiswa cenderungnya ketika membaca akan melupakan, dan terasa bosan karena berlangsung satu arah.

Sehingga saatnya dibutuhkan e-learning yang interaktif. Interaktif seperti apa? Ada tanya-jawab di dalamnya, atau ada informasi dari dua arah dan bisa saling bertukar pikiran dan pendapat. Apa harus tatap muka kembali?

Sebenarnya ada layanan pembelajaran yang lebih interaktif lagi melalui teleconference, tapi pembiayaan cukup besar, waktu yang sedikit, dibutuhkan juga penjadwalan dan membutuhkan bandwidth yang besar untuk melaksanakan metode pembelajaran seperti ini. Memang bagus tetapi membutuhkan energi yang cukup banyak.

Maka dari itu, sebenarnya e-learning yang dibutuhkan tidak berbiaya mahal seperti teleconference, tetapi menjadikan e-learning itu interaktif sudah cukup. E-learning yang ada kolom komentarnya ataupun tempat dimana bisa berinteraksi. Fungsi dari kolom itu bisa bertanya, memberikan sanggahan, pendapat, berdiskusi dan lainnya.

Dengan kata lain menjadikan e-learning berbasis blog. Seperti halnya trend blog saat ini, yang ada saling interaksi antara pemilik blog dan pengunjung blog, di mana salah satu postingan (topik) pengunjung akan saling memberikan pendapatnya, dan bukan saja dari pemilik blog yang akan menjawab sesuai materi, tetapi pengunjung lainnya juga akan memberikan masukan. Sistem tanya-jawab demikian yang interaktif yang saat ini perlu dilakukan, tidak memerlukan keseringan pemilik blog untuk sering membuka websitenya, cukup orang-orang mengunjungi blognya yang akan saling berinteraksi.

Demikian halnya format e-learning yang berbasis blog nantinya, seorang guru/dosen bisa lebih berinteraksi dengan mahasiswanya lewat kolom komentar di setiap materi e-learningnya dengan muda. Apa yang ditanyakan mahasiswanya bisa langsung dijawab. Atau mahasiswa-mahasiswanya disuruh diskusi juga bisa terjadi di situ.

Sistem ini juga tidak mengharuskan dosen selalu stand by di depan komputer untuk menjawab pertanyaan mahasiswanya tetapi cukup mahasiswa yang paham akan memberikan solusi dari pertanyaan yang diajukan. Sehingga interaksi yang tercipta dari semuanya, malah bisa jadi bukan mahasiswa tapi pengunjung lainnya juga bisa memberikan pendapatnya.

Diharapkan sistem e-learning berbasis blog ini sangat interaktif bisa memberikan manfaat tidak hanya mahasiswa ataupun dosen tetapi perkembangan pendidikan di Indonesia.

KIRA-KIRA BAGAIMANA YA, JIKA E-LEARNING BERBASIS BLOG INI DIAPLIKASIKAN DI DUNIA PENDIDIKAN NON FORMAL?

Bermain Peran Untuk Anak Usia Dini

Posted by SKB Temanggung on Selasa, 11 Mei 2010 , under | komentar (0)



Bermain peran juga dapat membuat anak pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Misalnya, dia mengkhayalkan dirinya menjadi dokter yang menurutnya termasuk sosok menyeramkan. Melalui cara ini, anak belajar berempati pada posisi orang lain. Selain belajar bereksplorasi dan berimajinasi serta meningkatkan kemampuan verbal, dengan bermain peran anak juga diharapkan dapat mengatasi rasa takut dalam dirinya

Bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain merupakan tahapan yang sangat menonjol. Anak belajar melihat dari sisi orang lain (empati). Misalnya anak bermasalah ketika dibawa ke dokter, orangtua dapat bermain pura-pura untuk mengatasi rasa ketakutan anak (Tim Pamong Belajar SKB Temanggung, 2005: 16).

Berikut ini rasa takut yang banyak dialami anak dan cara mengatasinya dengan cara bermain peran (Tim Pamong Belajar SKB Temanggung, 2005: 16-19):

Takut Dokter

Anak biasanya takut dokter karena pengalamannya pernah disuntik yang ternyata rasanya cukup menyakitkan bagi mereka. Maka tak heran, baru memasuki ruangan dokter atau melihat peralatan sampai mencium “bau” obatnya saja, anak sudah menjerit-jerit atau menangis histeris. Apalagi kalau saat diperiksa dan disuntik.

Penyebabnya selain karena punya pengalaman traumatik, bisa jadi ia dulu kenyang ditakut-takuti bakal disuntik dan sebagainya oleh orang tuanya.

Cara mengatasinya:
Anak memainkan peran sebagai dokter, sedangkan orang tua atau kakak/adik berpura-pura menjadi pasiennya. Gunakan mainan berbentuk alat-alat yang biasa digunakan dokter, seperti stetoskop. Biarkan anak bereksplorasi dan berimajinasi memerankan dokter yang sedang memeriksa pasien.

Secara tak langsung, anak menjadi tahu bagaimana cara dokter menghadapi pasien-pasien yang takut diperiksa. Semisal dengan cara menenangkannya, “Jangan takut, ya, Bu-Pak. Saya cuma periksa sebentar aja, kok. Kalaupun harus disuntik, enggak sakit, kok. Kan, supaya lekas sembuh.” Dengan berpura-pura memberikan nasihat seperti itu, bukan tidak mungkin sosok dokter justru menarik minatnya dan malah bercita-cita menjadi dokter.

Takut pada orang yang baru dikenal

Tak jarang anak-anak tampak takut pada orang yang pertama kali ditemuinya. Dia akan berusaha menjaga jarak, apalagi orang yang menghampirinya itu berwajah kurang “bersahabat”. Yang juga kerap terjadi, orang tua terkesan berlebih saat menasihati anaknya untuk tidak terlalu akrab dengan orang yang tidak dikenal. “Awas, kamu jangan deket-deket sama orang yang enggak kamu kenal. Bisa-bisa kamu nanti diculik, lho!”

Memang, sih, ada segi positifnya bila orang tua senantiasa wanti-wanti si kecil agar waspada terhadap orang lain atau yang baru dikenalnya. Tapi tentunya bukan dengan cara berlebihan yang menyebabkan si kecil malah selalu ketakutan pada orang lain.

Cara mengatasinya:
Ajak anak bermain tamu-tamuan. Ikutkan pula teman-temannya. Posisikan dia untuk bergantian memainkan peran sebagai tamu yang berkunjung ke rumah orang lain, atau sebagai nyonya rumah yang kedatangan tamu. Bermain peran untuk mengikis rasa takut pada orang lain juga bisa dilakukan dalam berbagai situasi, seperti di toko, sekolah dan tempat keramaian lainnya.

Takut Polisi
Seringkali dengan kewibawaannya, sosok polisi dianggap momok yang menakutkan oleh anak. Hanya anak-anak tertentu yang menganggap sosok polisi tidak menakutkan.

Cara Mengatasi:
Berikan pakaian polisi mini, ajak anak belajar mengatur lalu lintas secara bergantian dengan teman mereka. Secara tidak langsung permainan peran ini akan melatih keberanian anak untuk lebih mengenal sosok polisi, bukan sebagai pribadi yang menakutkan. Bisa juga terjadi anak akan lebih tertarik untuk bercita-cita sebagai polisi.

Takut Binatang

Adalah hal yang wajar bila anak takut pada binatang yang baru pertama kali dilihatnya. Apalagi bila hewan itu kelihatannya buas dan menyeramkan. Hanya saja sungguh sayang bila orang tua tak berusaha menjelaskan dan memperkenalkan anak pada binatang-binatang yang ditemuinya tadi. Seperti mengajaknya mengelus-elus bulu kucing atau memberi makanan pada induk ayam dan anak-anaknya. Sangat tidak bijaksana pula jika orang tua malah menambah rasa takut anak pada binatang yang sebenarnya relatif tak membahayakan. “Awas, jangan dekat-dekat, nanti kamu dicakar kucing.”

Cara mengatasinya:
Anak bermain peran sebagai sosok pemandu/pelatih sirkus yang sehari-hari melatih binatang. Ini akan menyadarkan anak bahwa binatang pada dasarnya bisa dilatih untuk menurut dan diajak bekerja sama. Cara lain adalah dengan bermain sandiwara di panggung yang menggelar cerita tentang hewan-hewan sebagai sahabat manusia.

Takut Sekolah

Anak yang pertama kali masuk Kelompok Bermain awalnya takut beradaptasi dan bersosialisasi dengan guru dan teman-teman barunya. Terlebih bila orang tua juga tak berusaha memperkenalkan si kecil pada temannya.

Cara mengatasinya:
Sebelum didaftarkan masuk Kelompok Bermain, anak diajak bermain sekolah-sekolahan. Anak bermain peran sebagai murid atau guru. Saudara sepupu si kecil atau tetangganya yang seusia bisa dilibatkan untuk berpura-pura sebagai murid. Sehingga anak tak takut dan tak canggung lagi di hari pertamanya masuk Kelompok Bermain.

Takut Hantu

Banyaknya tayangan televisi yang menyajikan program acara bertajuk cerita hantu tak ayal ikut mempengaruhi kadar rasa takut anak-anak. Ironisnya, tak sedikit orang tua yang menjadikan cerita hantu ini sebagai “senjata” untuk menakuti-nakuti si kecil. Meskipun rasa takut pada hantu bisa saja terjadi akibat faktor “genetik” berupa sikap penakut dari orang tuanya.

Cara mengatasinya:
Anak bermain peran sebagai hantu yang selalu membantu orang yang kesulitanCasper. Atau bisa juga berperan sebagai penyihir yang baik hati. Jadi, anak mempersepsikan hantu bukan sebagai sosok yang menakutkan. seperti film/buku cerita